Rabu, 22 Februari 2017

Rangkuman BP dan BK kelas XI

A. Latar Belakang

Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai. Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa.  (Ahmadi, Abu & Supriono,Widodo. 2004 : 16) mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:
 1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan  psikisnya.
 2. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
 3. Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
 4. Peralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat  memberikan pelayanan yang sesuai dengan pelajaran.
 5. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau  pernyataan dalam proses pembelajaran.
 6. Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, /over acting/ ketika belajar.
 7. Malas mencatat mata pelajaran.
 8. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.
 9. Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
10. Siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
11. Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
12. Siswa malas berkonsultasi dengan guru.

Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses konseling berlangsung.
Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu dibagi tiga (Moh. Surya : 1988). yaitu :  teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif. Teknik  Konseling Eklektif  merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan Non Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar siswa dengan berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan klien yaitu Teknik Eklektif dengan Perilaku Attending, yang dalam hal ini dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Kelas IX Semester 2 Melalui Konseling Eklektik Dengan Perilaku Attending di SMP Negeri 1 Pamarican tahun Pelajaran 2010/2011”

 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
 1.    Prestasi belajar rendah,
 2.    Kurang minat belajar,
 3.    Pelanggaran tata tertib,
 4. Membolos, sering terlambat, bertengkar, sulit beradaptasi, pemalu, penakut, menyendiri, berbicara kotor, dan berperilaku kasar

 C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Batasan masalah dalam PTK ini yaitu :
 1. Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan PerilakuAttending dalam mengatasi permasalahan siswa?
 2. Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending guru selaku konselor dalam peningkatan prestasi siswa
Pemecahan masalah yang dilakukan guru berupa tindakan :
 1. Langkah-langkah konseling dengan Perilaku Attending
 2. Pengentasan permasalahan siswa
 3. Peningkatan hasil prestasi siswa
 4. Mengamati pengaruh konseling Eklektif dengan Perilaku Attending  terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

 D. Tujuan Penelitian
     1. Tujuan Teoritik
Tujuan teoritik penelitia tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik  konseling Eklektif dengan penbdekatan attending dalam peningkatan semangat belajar, tanggung jawab siswa sebagai pelajar, mengentaskan permasalahan belajar siswa, serta meningkatkan kemampuan guru untuk membimbing siswa.
 2. Tujuan Praktis
     1. Membangkitkan semangat siswa untuk belajar
     2. Mengatasi permasalahan siswa
     3. Meningkatkan partisifasi siswa dalam pembelajaran
     4. Meningkatkan prestasi belajar siswa
     5. Meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing siswa

E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi Siswa
a.   Membangkitkan semangat, partisifasi, peran siswa dalam belajar
b.   Mengatasi permasalahan pribadi dan teman
c.   Meningkatkan harga diri siswa yang bermasalah/klien
d. Menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan siswa yang bermasalah/klien dengan bebas
e. Memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa; baik melalui konseling individual maupun konseling kelompok yang dilaksanakan di kelas.

 2. Bagi Peneliti
    memberikan pemahaman pengaruh Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending terhadap pengentasan permasalahan, juga memberikan sumbangan penyempurnaan praktek karena penelitian tindakan kelas ini  menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kegiatan, proses, atau   peristiwa-peristiwa penting dalam bimbingan konseling.

3. Bagi guru
    menjadi cermin menginstropeksikan diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing siswa di kelasnya.
 4. Bagi pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan pembelajaran di tingkat SMP
Hasil penelitian tindakan kelas ini memberi sumbangan bagi   perumusan, implementasi dan perubahan kebijakan; sebagai upaya perbaikan sistem bimbingan konseling guna peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan di sekolah dasar.

                                                       BAB II
                                                   KAJIAN TEORI

Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi. Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.

1). Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif. (Nana S, dan M. Surya, 1975 : 59). Sedangkan Prandsen  (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai :…….. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in more adequate satisfaction of the motivating conditions (Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.Pengertian belajar dapat disimpulkan :
a) Belajar adalah memperolehperubahan tingkah laku
b) Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku
c) Belajar merupakan suatu proses
d) Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai
e) Belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.

2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas. Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang. Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam perubahan pola-pola perilaku mereka.
Ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Pertama masukan mentah /(raw input),/ yakni berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu atau siswa ketika memasuki suatu kegiatan belajar mengajar, berbagai karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemudahan atau merupakan kendala dalam belajar sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang beraneka ragam. Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya : kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan instrumental atau sarana /(Instrumental input)./ Yakni merupakan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, Ketiga masukan lingkungan /(environmental input)/ yakni letak sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah, susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secaraberhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (/expected output/) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif (/cognitive domain/), kawasan afektif (/affective domain/), dan kawasan psikomotorik (/psychomotorik domain/).

3). Prestasi Belajar

Prestasi belajar (/achevoment/) dapat diketahui dengan mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

B. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMK/SMA

Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2.  Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

 1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan  lingkungannya.
 2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
 3.  Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
 4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
 5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh  pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat  perhatian.
4. Teknik Konseling
1). Konseling Eklektik
Teknik Konseling Eklektik merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Konseling Eklektik yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektik lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan  satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).

a. Konseling Direktif
Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yag lengkap dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. Diagnosis direktif konseling beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku secara langsung. Selain itu diperlukan konseling secara individual, dan kelompok pada,bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan sumbangan langsung kepada keberhasilan siswa sekolah maupun di luar sekolah. Laporan tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.

b. Konseling Non-Direktif
Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga /Client Centered theraphy,/pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa  seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini didasari kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.

 5. Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melalun, mengalihkan pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
 1. Meningkatkan harga diri klien.
 2. Menciptakan suasana yang aman
 3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :
  * Kepala : melakukan anggukan jika setuju
  * Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
  * Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
  * Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah,  menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk    menekankan ucapan.
  * Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah   pada lawan bicara.


Contoh perilaku attending yang tidak baik :
  *   Kepala : kaku
  * Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat  saat klien sedang bicara, mata melotot.
  * Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan  klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
  * Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk  memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
  * Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
                                                          BAB III
                                             METODE PENELITIAN

 A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 1 Pamarican berjumlah 28 siswa dengan rincian 11 laki-laki dan 17 perempuan.

 B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
 1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
 2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
 3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
 4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
 1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektik terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa
 2.   Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
 3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk  berpenampilan baik, seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien
 4.  Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
 5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk   akan berhadapan atau berdampingan
 6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah sebagai syarat menekankan ucapan
 7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai.
 8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
 9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang  merujuk pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup  terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa  yang dikatakan klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik  dari hal-hal yang telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya
Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas IX dan ruang guru BP SMP Negeri 1 Pamarican Kabupaten Ciamis.

C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber data responden, observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen. Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu : peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51).
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa. Tujuannya adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna mengatasi permasalahan belajar.
2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektik Attending dalam penggunaan permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan, data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
 1. Permasalahan siswa dapat teratasi
 2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar
 3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
 4. Peningkatan prestasi belajar siswa
 5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa
Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 1 Agustus 2010 meliputi kegiatan: mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna membangun mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal penelitian terlampir)
a. Perencanaan
Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebabnya dan dirumuskan implementasi penanganannya termasuk dalam perencanaan langkah-langkah bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending : analisa data tentang klien, diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling begitu juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang siswa berdasarkan permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan bertengkar) serta merencanakan instrumen pengamatan danwawancara.
b. Implementasi
Pada implementasi guru menyusun pelaksanaan bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, guru mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari Tahapan :
c. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, jalannya bimbingan kelompok melalui Teknik Eklektif, Perilaku Attending,respon siswa, hasil pengamatan dan wawancara.
d. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II; demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan wawancara siklus II untuk perbaikan pada siklus III.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model Sprandley, dalam pelaksanaan analisis data  tidak silakukan secara linier berurutan setelah semua data yang terkumpul, melainkan akan dilakukan secara stimulat pada saat dan setelah data terkumpul. Dengan demikian terjadi interaksi antara proses pengumpulan data dan analisis data serta elemen-elemen lain seperti pencatatan data, penulisan laporan sementara, dan mengajukan pertanyaan penelitian.
Interaksi berbagai elemen tersebut membentuk pola siklikal. Selanjutnya data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III dibandingkan kemudian diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat digunakan untuk membandingkan, tolak ukur dan merefleksi peneliti dan guru selaku konselor atas kelmahan yang terekam. Selanjutnya data yang disajikan, berupa tabel yang memuat secara nominal dan dapat ditentukan 5-nya kemudian didiskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru selaku konselor dan sekasinya dalam bentuk partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar menunjukan semangat, berpartisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima naehat, dan merencanakan tindakan.
Selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan strategi untuk meningkatkan validasi, yaitu: Pengumpulan data relatif cukup lama guna memungkinkan analisa dan melengkapi data secara berangsur-angsur agar memungkinkan ada kesesuaian antara taman dan kenyataan
 1.  Penerapan multi metode guna memungkinkan paduan beberapa teknik  pengumpulan  data seperti : wawancara, observasi, studi dokumenter,  dan sumber (Kepala Sekolah, guru/konselor, siswa / klien) hanya dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi)
 2.   Pencatatan secara lengkap dan detail baik sumber situasi maupun orang
 3.   Bahasa partisipan kata demi katamendapat rumusan dan kutipan yang rinci
 4. Penggunaan catatan-catatan dari partisipan berbentuk catatan anekdot untuk melengkapi
 5.   Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisis data
 6.  Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil    kolaborasi tim
 7. Review oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk mereview data, melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi
 8. Mencari, mencatat, menganalisis melapor data dan kasus-kasus negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada


Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti menggabungkan beberapa cara;
1)  Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan interprestasi data
2) Membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan kegiatan, perubahan-perubahan dan perkiraan validitas data,
3) Catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan
4) Teknik pengelolaan pencatatan, pengkodean data, pengelompoka
5) Melakukan kegiatan kompirmasi formal seperti, kelompok utama, wawancara,
6) Melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut.

E. Cara Pengambilan Kesimpulan

Hasil pengumpulan data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti guru selaku konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan peneliti, triangulasi, dan review informan sebagai kunci dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III selanjutnya dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil keputusan. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending dinyatakan efektif dalam menangani dan mengentaskan permasalahan siswamanakala data /Hasil Observasi Kegiatan guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Siswa /yang merekam dalam tabel menunjukan rata-rata > 60 % dan data hasil wawancara menunjukan respon positif dan cocok dengan kajian pustaka. Perilaku Attending terbukti efektif apabila dalam kegiatan tindakan kelas ini permasalahan siswa dapat diatasi, siswa bersemangat, berpartisipasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat dan merencanakan tindakan. Kemudian muncul pengaruh peningkatan kemampuan guru dalam membimbing siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.


                                                                 BAB IV
                                     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 A. Gambaran Umum
Peneliti selaku konselor menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam bimbingan konseling individual terhadap tiga orang siswa yang mempunyai kesaman permasalahan belajar melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending.
 1. Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi.
1). Perencanaan, tahap perencanaan peneliti melakukan :
a.  Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan dirumuskan
b. Guru menyampaikan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
c.   Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
d.  Guru/Konselor melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling
f.   Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
2). Implementasi
Bimbingan dilaksanakan di ruang guru menggunakan Pendekatan Eklektif dan Perilaku Attending peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :
a.   Tahap Awal (10 menit) : pukul 11.00 – 11.10
Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masalah, Bimbingan Konseling dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar ; yaitu pukul 11.00 Guru selaku konselor mengajark tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang guru. Satu persatu klien dipanggil, mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor.
b.   Tahap pertengahan (45 menit) ; pukul 11.10 – 11.55
Konselor langsung menuju kepermasalahan mereka ; yaitu tentang perkataan tindak senonoh. Secara bergantian konselor menanyai klien; dimulai dari X, Y, dan Z.
c.   Tahap akhir (5 menit) ; pukul 11.55 – 12.00


 3). Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati jalannya bimbingan kelompok dan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
4). Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I yang belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk mengadakan perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan konseling pelaksanan siklus II.
 2. Siklus II
 1). Perencanan
         1. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab  permasalahan dirumuskan
         2. Guru menanyakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Eklektif  Attending
         3. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
         4. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal  kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
         5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya pemecahan masalah, tindak   lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
         6. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
2). Implementasi
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling mengadakan Pendekatan Eklektik Attending di ruang guru, selanjutnya peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :
a.  Tahap awal (10 menit)  pukul 11.00 – 11.10
Tindakan I :Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut dengan wajah yang menunjukan keramahan.
Tindakan 2 :Dalam siklus II Konselor melakukan kegiatan Attending cukup baik kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa/klien. Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. Posisi tubuh konselor condong kearah klien, konselor mendengarkan penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian, sabar
menunggu penjelasan klien.
Tindakan 3 :Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien)
Tindakan 4: Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih lanjut jauh tentang perasaan X berupa pertanyaan terbuka.
Tindakan 5:Karena klien masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan kembali perasaan, pikiran, pengalaman klien
Tindakan 6 :Konselor menggali perasan, pengalaman, dan pikiran klien karena kebanyakan tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat berterus terang
b.  Tahap Pertengahan (45 menit) pukul 11.10 – 11.55
konselor belajar dengan definisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk mengolah maalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan 1 : Guru selaku konselor bertindak sebagai leading / memimpin agar klien tidak melantur
Tindakan 2: Konselor melaksanakan paraphrasing / menangkap pesan utama / fokus klien, konselor mengatakan inti pesan utama klien yang berbelit-belit
Tindakan 3: Konselor melakukan directing / mengarahkan agar klien bermain peran; berbuat sesuatu, menghayal sebagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor
Tindakan 4 : Konselor mencoba menaksir keinginan X
Tindakan 5 :Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang mestinya dapat mereka lakukan
Tindakan 6 :Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan
Tindakan 7: Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragement atau memberikan
dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh …ya…,
terus…lalu…Dan …kemudian…. Wah …..mmmhh…..
Tindakan 8:Konselor memberikan informasi, merencanakan tindakan selanjutnya
Tindakan 9:Konselor memberikan manfaat
Tindakan 10: Konselor memberikan manfaat pada klien untuk feed back/ mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah dibicarakan
c.  Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.55 – 12.00
Tindakan 1:Konseling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi, memperjeles fokus pada wawancara konseling
Tindakan 2: Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya melalui attending yang baik
Tindakan 3: Menjelang akhir konseling konselor membantu klien untuk merencanakan /
memprogram untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya
Tindakan 4: Menilai / evaluasi (“Bagaimanakah perasaan nanda sekarang?”)
Tindakan 5 : Mengakhiri proses konseling

                                                BAB V
                               KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan maka dapat disimpulkan:
 1. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi permasalahan siswa.
 2. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada  siswa yang bermasalah karena permasalahan belajar dapat diatasi  melalui komunikasi dengan bahasa anak sendiri
 3. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan  dikembangkan oleh guru, serta perlu diadakan penelitian kelanjutan
B. Saran
Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing siswa :
 1. Gunakanlah Pendekatan Eklektif Attending guna mengatasi permasalahan   siswa
 2. Tingkatkanlah partisifasi siswa dalam Proses Belajar Mengajar melalui proses motivasi guru kepada siswa secara selektif
 3. Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas

Rangkuman Olahraga kelas XI Semester 1

Bab 1 :  Permainan Bola Besar
A. Permainan Sepak Bola
Teknik dasar sepak bola meliputi menendang bola, menggiring, menyundul, merampas, melempar dan menangkap bola.



a. Pengertian Permainan Sepak Bola
Sepak bola merupakan permainan menendang sebuah bola yang diperebutkan oleh kedua tim atau kesebelasan yang berbeda dengan meksud untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan untuk mempertahankan gawang sendiri supaya tidak kemasukan bola. 
Ketentuan ukuran lapangan sepak bola :
  • Panjang lapangan minimal 90 meter
  • Panjang lapangan maksimal 120 meter
  • Lebar lapangan minimal 45 meter
  • Lebar lapangan maksimal 90 meter
Ketentuan pertandingan Internasional :
  • Panjang minimal 100 meter
  • Panjang maksimal 110 meter
  • Lebar minimal 64 meter
  • Lebar maksimal 75 meter
b. Gerakan Menendang Bola
Bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik menendang bola adalah posisi kaki tumpu dan kaki ayun (steady leg position), bagian bola, perkenaan kaki dengan bola (impact) dan akhir gerakan (follow through). Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan (passing), menembak ke gawang (shoot at the goal) dan menyapu untuk menggagalkan serangan lawan (sweeping).
Cara menendang bola dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
  • Menendang dengan kaki bagian dalam (instep) 
  • Menendang dengan kaki bagian luar (outside)
  • Menendang dengan punggung kaki (instep)
  • Menendang dengan punggung kaki bagian dalam (inside of the instep)
c. Gerakan Menggiring Bola
Gerakan menggiring bola bertujuan untuk mendekatkan jarak ke sasaran, melewati lawan dan menghambat permainan. 
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggiring bola :
  • Bola harus dekat dengan kaki sehingga mudah untuk dikontrol
  • Posisi bola tepat di kaki sehingga mudah untuk dilindungi dari lawan
  • Pandangan mata tidak hanya tertuju pada bola, melainkan juga pada pergerakan lawan
  • Menggiring bola dibiasakan dengan menggunakan kaki kanan dan kiri
d. Menyundul Bola (Heading)
Tujuan menyundul bola adalah mengumpan, mencetak gol dan untuk mematahkan serangan lawan/membuang bola. Umumnya dilakukan saat datangnya bola maksimal setinggi kepala.
Gerakan menyundul : Menyundul sambil berdiri dan meloncat/melompat.
e. Lemparan ke dalam (Throw in)
Tujuan dari lemparan ke dalam adalah untuk menghidupkan permainan setelah bola keluar meninggalkan lapangan melalui  garis samping. Lemparan ke dalam : Lemparan ke dalam tanpa awalan dan dengan awalan.

B. Permainan Bola Voli
Setiap regu terdiri dari 6 orang. Teknik dasar permainan bola voli, yaitu servis, passing atas, passing bawah, smash/spike dan block.

1. Servis
Adalah pukulan yang dilakukan di daerah sebelah kanan belakang lapangan permainan (daerah servis) melampaui net ke daerah lawan.
Servis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
  • Servis bawah
  • Servis atas
  • Servis samping
  • Servis lompat
2. Passing
Adalah usaha atau upaya seseorang pemain dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tuuannya adalah untuk memberikan bola kepada teman secepatnya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Passing dibagi dua, yaitu passing atas dan bawah.
3. Smash
Adalah teknik menyerang yang bertujuan supaya bola dapat mendarat di daerah lawan tanpa bisa diblok. Langkah dasar melakukan smash, yaitu awalan, lompatan, ayunan pukulan bola di udara dan posisi mendarat.
4. Posisi Pemain
Ada tiga deret di depan dan tiga deret di belakang :
  • Server (pemain nomor 1)
  • Spiker (pemain nomor 2)
  • Tosser (pemain nomor 3)
  • Blocker (pemain nomor 4)
  • Libero (pemain nomor 5 dan 6)
5. Block
Adalah menggagalkan serangan lawan dengan cara membendung rintangan yang paling efektif.

C. Permainan Bola Basket
Merupakan permainan yang dimainkan oleh dua tim dimana setiap tim terdiri atas 5 orang pemain. Tujuan permainan ini adalah memperoleh poin sebanyak mungkin dengan cara memasukkan bola ke dalam keranjang lawan.

Teknik dasar permainan basket :
1. Mengoper (Passing) dan Menangkap (Catching)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengoper bola adalah arah bola ke sasaran harus terhindar dari rebutan (intercept) lawan dan waktu untuk melempar harus tepat. Tujuan passing adalah untuk mempertahankan bola agar tidak direbut oleh lawan.
Mengoper ada beberapa macam, yaitu :
  • Chest pass
  • Overhead pass
  • Baseball pass
  • Bounce pass
  • Hook pass
  • Under pass
  • Catching ball
2. Menggiring Bola (Dribbling)
Tujuannya adalah untuk mempertahankan bola dan menyerang lawan. Teknik dribbling dibagi menjadi dua, yaitu dribble tinggi dan rendah.
3. Lay Up
Lay up meliputi gerakan memegang bola, berlari (atau melangkah) ke depan, melompat dan melepas tembakan ke arah ring lawan untuk mencetak angka.
4. Menembak Bola (Shooting)
Beberapa teknik diantaranya :
  • Set shoot
  • Lay up shoot
  • Jump shoot

Bab 2 :  Permainan Bola Kecil
A. Permainan Kasti/Rounders

Permainan kasti dibagi menjadi dua regu yaitu regu penjaga dan regu pemukul.
1. Melambungkan Bola
Dibagi menjadi :
  • Menggiring bola ke atas
  • Melambungkan bola ke depan
  • Melempar bola dari atas kepala
2. Menangkap Bola
Dibagi menjadi :
  • Menangkap bola melambung
  • Menangkap bola mendatar
  • Menangkap bola menyusur tanah
3. Memukul Bola
Dibagi menjadi:
  • Pukulan melambung
  • Pukulan mendatar
  • Pukulan merendah
4. Teknik dasar berlari
Teknik ini digunakan saat permainan kasti antara lain berlari lurus dan zig zag.

B. Permainan Bulu Tangkis

1. Memegang Raket (Grip)
Cara memegang raket : Forehand, backhand, shakehand grip (jabat tangan), american grip (gebuk kasur).

2. Pukulan (Stroke)
Dalam permainan bulu tangkis terdapat banyak teknik memukul bola. Diantaranya adalah smash, lob, clear, net shot, drop shot, dll.
a. Servis
Dalam permainan bulu tangkis, ada 3 jenis servis, yaitu servis pendek, tinggi dan flick/setengah tinggi.
Servis Forehand
  • Servis forehand pendek
  • Servis forehand tinggi
Servis Backhand
Pada umumnya, arah jatuh kok sedekat mungkin dengan garis serang pemain lawan. Kok sedapat mungkin melayang relatif dekat di atas jaring (bet). Oleh karena itu, jenis servis ini kerap kali digunakan oleh pemain ganda.
b. Pukulan Forehand
Pukulan ini sering digunakan oleh pemain. Dasar pukulan ini adalah ayunan raket dari belakang badan ke arah depan.
c. Pukulan Backhand
Posisi jari saat melakukan backhand (telunjuk, tengah, manis, kelingking) sejajar dengan pegangan raket, sementara ibu jari berada pada batang raket yang lebih lebar.
d. Pukulan Lob
Bertujuan untuk melambungkan kok setinggi mungkin yang mengarah ke belakang daerah lawan.
e. Pukulan Drop Shot
Drop shot yang tepat dilakukan apabila kok jatuh dekat dengan net dan tidak lebih dari garis ganda.
f. Netting
Dilakukan dekat dengan net dengan sedikit kekuatan. Tujuannya adalah supaya kok jatuh sedekat mungkin dengan net di daerah lawan.

3. Gerakan Kaki (Foot Work)
Langkah kaki yang ringan, luwes dan cepat akan memudahkan pergerakan pemain dimana kok datang dan bersiap untuk memukulnya. Kecepatan gerak diperoleh dari foot work yang teratur.

4. Sikap Berdiri (Stance)
a. Sikap berdiri pada saat melakukan servis
  • Servis forehand dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira kira setengah meter di belakang garis servis pendek. Kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, sementara berat badan bertumpu pada kaki belakang. Pada saat kok dipukul, berat badan pindahkan ke depan.
  • Servis backhand dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira kira setengah meter di belakang garis pendek. Kaki kanan di depan dan kaki kiri di belakang, berat badan berada di tengah dan pada saat servis dilakukan berat badan pindahkan ke depan.
b. Sikap berdiri pada saat menerima servis
  • Sikap berdiri untuk permainan tunggal adalah berdiri pada daerah servis kira kira di tengah tengah daerah servis dan satu meter di belakang garis servis pendek.
  • Sikap berdiri untuk permainan ganda adalah pemain lebih maju ke depan tetapi tidak melewati garis servis pendek. Kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Berat badan berada di kaki depan dengan posisi labil (kedua kaki agak jinjit). Pada saat servis dilakukan berat badan dipindahkan ke arah datangnya kok, mungkin ke depan atau belakang tergantung pada jenis servis.
c. Sikap berdiri pada saat rally
Harus diperhatikan dari mana arah datangnya kok. Sebagai patokan, sikap berdiri pemain tunggal dilanjutkan untuk selalu berdiri di tengah tengah lapangan dan kedua kaki tidak sejajar.

C. Permainan Tenis Meja

1. Perlengkapan Permainan Tenis Meja
  • Meja tenis meja
  • Bet
  • Bola
2. Teknik Dasar Permainan Tenis Meja
a. Memegang Bet   
  • Pen holder grip (pegangan tangkai meja)
  • Shake hand grip (berjabat tangan)
b. Pukulan
  • Drive adalah pukulan yang dilakukan dengan cara bola dipukul dari bawah serong ke atas.
  • Push adalah teknik yang dilakukan dengan cara bola didorong dengan bet dan posisi bet terbuka.
  • Chop adalah pukulan yang dilakukan seperti menebang pohon.
  • Block adalah teknik yang dilakukan dengan cara bola ditutup dengan bet.
c. Service
Dilakukan untuk memulai pertandingan. Beberapa teknik servis : Servis forehand topspin, backhand backspin, forehand backspin dan backhand topspin.

Bab 3 :  Olahraga Atletik
A. Jalan Cepat

1. Teknik Dasar Jalan Cepat
  • Start : Start berdiri dengan aba aba "bersedia", "ya"
  • Langkah : Dimulai dengan gerakan mengangkat paha kaki diayun ke depan lutut, terlihat tungkai bawah bergantung lemas karena ayunan paha ke depan, tungkai bawah ikut terayun ke depan menyebabkan lutut menjadi lurus. Kemudian menapak pada tumit terlebih dahulu menyentuh tanah, bersamaan dengan mengangkat tumit. Selanjutnya ujung kaki tumpu lepas dari tanah, ganti dengan kaki ayun. Begitu seterusnya selalu ada kaki yang menumpu, jadi tidak ada saat melayang.
  • Condong : Mulai dari kepala, punggung/dada, pinggang sampai tungkai bawah sedikit condong ke depan.
  • Ayunan Lengan : Siku ditekuk kurang lebih 90 derajat, ayunan lengan kiri ke depan bersamaan dengan mengangkat paha dan kaki kanan, sehingga koordinasinya adalah lengan kiri bersamaan dengan kaki kanan dan lengan kanan bersama kaki kiri.
  • Finish : Ada dua teknik gerakan masuk finish yaitu jalan terus sampai melewati garis finish, baru dikendorkan kecepatannya setelah melewati kira kira tiga sampai lima meter.
2. Manfaat Jalan Cepat
Jalan cepat memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh karena membuat otot dan rangka tubuh bergerak, denyut jantung meningkat sehingga darah beserta oksigen nutrisi bisa disalurkan dengan baik ke seluruh tubuh.

B. Lari Jarak Pendek   
Lari jarak pendek adalah perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh/maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh atau sampai jarak yang telah ditentukan. Pelarinya disebut sprinter. Lari jarak pendek meliputi jarak 100 m, 200 m dan 400 m.
Lari jarak pendek 100 meter

1. Teknik Dasar 
a. Teknik start : Aba aba "bersedia", "siap", "ya".
b. Teknik badan pada saat lari :
  • Kaki menolak sekuatnya sampai mengejang lurus, lutut diangkat tinggi setinggi panggul, tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar.
  • Usahakan agar badan tetap rileks, badan condong ke depan membentuk sudut 25-30 derajat terhadap lutut.
  • Lengan di samping tubuh secara wajar. Siku ditekuk kira kira 90 derajat. Tangan menggenggam kendor, gerakan atau ayunan lengan ke muka dan ke belakang harus wajar, gerakan lengan makin cepat berimbang dengan gerak kaki yang makin cepat pula.
c. Teknik badan ketika memasuki garis finish
  • Jangan mengurangi kecepatan
  • Masuk garis finish dengan togok terlebih dahulu
  • Setelah melewati garis finish kira kira 5 meter, lalu berusaha menghentikan langkah
2. Larangan pada pelari jarak pendek
a. Meloncat pada saat memasuki garis finish
b. Menarik/menggapai pita finish
c. Berhenti mendadak atau mengurangi kecepatan di garis finish

C. Lompat Tinggi    


1. Teknik Dasar 
a. Awalan
Awalan lari dapat dilakukan dari tiga arah berikut :
  • Melengkung
  • Dari posisi awal tegak lurus dengan mistar, dilanjutkan dengan jari melengkung
  • Berdiri lurus dari sudut menyerupai awalan lari gaya straddle untuk membuat gerakan membelakangi mistar pada saat tolakan
b. Tolakan
Diawali dari tumit dan menekuk tungkai tolak. Kaki menolak dalam posisi sejajar dengan mistar.
c. Saat Melayang
Posisi badan membelakangi mistar dan kedua tungkai yang menggantung sedikit ditarik. Kedua lengan di samping badan dan pinggul diangkat sehingga menghasilkan lengkungan pada badan. Badan siap diturunkan dan kaki diangkat dan ditarik agar tidak mengenai mistar. Setelah itu, lutut diluruskan ke atas.
d. Pendaratan
Dilakukan dengan punggung, kemudian dilanjutkan dengan gerak tungkai.

2. Gaya dalam Lompat Tinggi
a. Gaya gunting (scissors)
Dilakukan oleh seorang pelompat menuju palang secara bersudut dan melonjak dengan kaki yang berada di luar dari palang. Setelah melewati palang, pelompat berada dalam keadaan duduk terlunjur.
b. Gaya timur
Dilakukan oleh seorang pelompat menuju palang secara lurus dari hadapan 90 derajat. Saat melompat kaki bebas diayunkan secara tegak ke depan badannya dan pelompat melewati palang secara miring.
c. Gaya guling barat (western roll)
Pelompat menuju ke palang secara bersudut 90 derajat, kemudian pelompat melonjak dengan kaki yang lebih dekat dengan palang. Kaki lonjakan berada dalam keadaan bengkok waktu pelompat berguling paralel dengan palang untuk melakukan pelepasan.
d. Gaya pelana
Pelompat menuju ke palang secara bersudut. Ketika melepasi palang, pelompat memandang ke bawah dan keadaan badannya seolah olah tiarap di atas palang.
e. Gaya fosbury flop
Pelompat menuju ke palang dengan membelakangi mistar.

D. Lempar Cakram

1. Teknik teknik
a. Cara memegang cakram
Cakram diletakkan pada telapak tangan tangan kiri (bagi pelempar kanan) sedangkan telapak tangan kanan diletakkan di atas tengah cakram, keempat jari agak jarang (terbuka) menutupi pinggiran cakram (ruas jari yang terakhir menutupi cakram) sedangkan ibu jari bebas.
b. Gaya dalam lempar cakram
  • Gaya samping
  • Gaya belakang
c. Cara melakukan awalan lemparan
  • Berdiri di belakang lingkaran dengan posisi punggung menghadap ke arah sektor lemparan
  • Ayunkan cakram beberapa kali dengan lengan lempar bergerak mengikuti gerakan lengan lempar
  • Posisi badan masih berputar dan sedikit condong ke belakang
  • Kedua tungkai masih ditekuk dengan baik, kaki kiri membuat kontak dengan lantai tungkai kiri hampir diluruskan penuh
  • Lutut kaki dan pinggul meneruskan gerakan berputar ke arah lemparan dengan tepat. Tariklah bagian atas badan mengikuti perputaran ini
  • Lengan kiri mulai dibuka ke samping dan lengan kanan mulai mengayun berputar dengan gerakan cepat di dalam sebuah busur yang lebar dan bergerak sedikit ke arah atas
2. Sarana dan prasarana
a. Alat
Bahan cakram terbuat dari kayu atau bahan lain dengan bingkai dari metal. Bingkai berbentuk lingkaran penuh dan di tengah tengah cakram ada beban yang dapat dilepaspindahkan.
b. Ukuran cakram
  • Berat cakram senior putra adalah 2 kg, diameter 219-221 mm dan tebal 44-46 mm   
  • Berat cakram senior putri adalah 1 kg, diameter 180-182 mm dan tebal 37-39 mm
  • Berat cakram junior putra adalah 1,25 kg, diameter 180-182 mm dan tebal 37-39 mm
  • Berat cakram junior putri adalah 0,75 kg, diameter 145-170 mm dan tebal 25-35 mm
c. Lapangan 
  • Diameter lingkaran untuk melempar : 2,50 m
  • Permukaan lantai tempat melempar harus datar dan tidak licin, terbuat dari semen, aspal, dll
  • Lingkaran lemparan dikelilingi dengan sangkar (pagar kawat) untuk menjamin keselamatan petugas, peserta dan penonton
  • Bentuk huruf seperti C dengan diameter 7 m, mulut 3,3 m. Sector lemparan dibatasi garis yang membentuk sudut 40 derajat di pusat lingkaran